Di tengah transformasi global menuju energi bersih dan berkelanjutan, Indonesia masih menghadapi kenyataan pahit: masih ada ribuan desa yang belum menikmati aliran listrik secara layak. Presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto, menegaskan komitmennya untuk mengubah situasi ini. Dalam pidato visi-misi dan berbagai pertemuan dengan kementerian terkait, ia menyampaikan target ambisius—dalam waktu empat tahun, seluruh desa di Indonesia harus dialiri listrik.
Target ini bukan sekadar soal infrastruktur, melainkan juga tentang keadilan sosial, ekonomi, dan pembangunan. Artikel ini akan menjabarkan secara detail visi tersebut, strategi yang disiapkan, kendala yang harus dihadapi, dan bagaimana langkah ini akan mengubah wajah desa-desa terpencil di seluruh pelosok negeri.
Listrik sebagai Syarat Dasar Pembangunan Desa
1. Makna Listrik Bagi Kehidupan Masyarakat Desa
Listrik bukan hanya kebutuhan rumah tangga, tetapi juga tulang punggung kegiatan ekonomi, pendidikan, dan layanan kesehatan. Ketika listrik tersedia:
- Anak-anak bisa belajar di malam hari.
- Klinik desa bisa mengoperasikan alat medis.
- UMKM bisa memproses produk hasil pertanian atau peternakan secara mandiri.
- Akses internet menjadi mungkin, membuka jalan untuk literasi digital dan informasi.
Namun, menurut data Kementerian ESDM hingga akhir 2024, masih terdapat sekitar 3.500 desa yang belum dialiri listrik secara memadai, terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) seperti Papua, NTT, dan sebagian wilayah Kalimantan.
Komitmen Prabowo: Semua Desa Terlistriki dalam 4 Tahun
Dalam berbagai forum nasional, Prabowo menegaskan bahwa salah satu prioritas utama pemerintahannya adalah pemerataan energi hingga ke pelosok desa. Ia menyatakan:
“Tidak boleh ada lagi warga Indonesia yang hidup dalam gelap. Dalam empat tahun ke depan, kami pastikan semua desa mendapat listrik.”
Visi ini dipadukan dengan strategi pembangunan infrastruktur dasar lainnya, seperti akses jalan, air bersih, dan internet. Namun, listrik menjadi fondasi utama, karena menyentuh langsung kualitas hidup dan produktivitas warga.
Strategi Pemerintah: Program Listrik Desa Terpadu
Pemerintah Prabowo-Gibran telah menyiapkan Program Listrik Desa Terpadu (PLDT) sebagai kendaraan utama untuk mewujudkan target ini. Beberapa elemen utama program ini meliputi:
A. Pemetaan Desa Tanpa Listrik
Kementerian ESDM dan PLN bekerja sama dengan BPS dan pemerintah daerah untuk memetakan secara rinci lokasi desa yang belum teraliri listrik, termasuk status jaringan, jumlah penduduk, dan potensi sumber daya.
B. Penggunaan Energi Terbarukan Lokal
Untuk desa yang terlalu jauh dari jaringan utama PLN, akan digunakan sumber energi lokal:
- Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
- Mikrohidro
- Biomassa
- Pembangkit hybrid (kombinasi PLTS dan diesel)
C. Kemitraan Publik-Swasta
Prabowo mendorong keterlibatan BUMN, swasta, dan bahkan lembaga internasional dalam pembiayaan proyek ini. Skema KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha) menjadi model utama.
D. Penciptaan Sentra Ekonomi Energi
Setiap desa yang baru dialiri listrik akan difasilitasi program pemberdayaan ekonomi: pelatihan UMKM, bantuan peralatan, dan koneksi pasar online.
Pendanaan Proyek: Dari APBN Hingga Green Investment
Pemerintah menargetkan kebutuhan anggaran sekitar Rp45 triliun selama empat tahun untuk merealisasikan elektrifikasi desa ini. Sumber dana berasal dari:
- Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
- Dana Alokasi Khusus (DAK) Infrastruktur
- Green bonds dan climate finance
- Investasi swasta sektor energi
- Dana CSR BUMN dan perusahaan energi
Selain itu, pemerintah juga menjajaki potensi pendanaan dari lembaga-lembaga internasional seperti World Bank, ADB, dan UNDP, terutama untuk proyek yang menggunakan energi bersih.
Peran PLN dan Tantangan Lapangan
Sebagai operator utama listrik nasional, PT PLN (Persero) menjadi ujung tombak dalam proyek ini. Direktur Utama PLN menyambut baik tantangan dari Presiden dan menyatakan kesiapan perusahaan dalam mempercepat elektrifikasi desa.
Namun, tidak mudah menembus wilayah-wilayah yang berada di daerah pegunungan Papua, hutan Kalimantan, atau pulau-pulau kecil di Maluku. Tantangan utama:
- Biaya logistik tinggi
- Medan geografis sulit
- Masalah keamanan di wilayah konflik
- Masih rendahnya tingkat konsumsi listrik per kapita (membuat investor enggan)
Untuk mengatasi itu, PLN membentuk Tim Listrik Desa Khusus 3T, yang berisi tenaga ahli, teknisi, dan mitra lokal untuk memastikan pembangunan berjalan lancar.
Kisah Sukses: Dari Desa Gelap Menjadi Desa Terang
Salah satu contoh inspiratif datang dari Desa Wainib, Kabupaten Maluku Barat Daya, yang pada awal 2025 berhasil menikmati listrik 24 jam berkat pembangunan PLTS kapasitas 100 kWp. Sebelumnya, warga hanya mengandalkan lampu pelita dan genset yang mahal dan tidak stabil.
Kini, anak-anak bisa belajar malam hari, warung-warung mulai menjual es krim dan minuman dingin, dan nelayan bisa menyimpan ikan lebih lama. Kehadiran listrik memicu pertumbuhan ekonomi desa sebesar 35% dalam waktu 6 bulan.
Manfaat Sosial dan Ekonomi Jangka Panjang
1. Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Listrik memungkinkan sekolah dan fasilitas kesehatan beroperasi maksimal, meningkatkan pendidikan dan kesehatan warga desa.
2. Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Dengan listrik, warga bisa mengembangkan usaha kecil seperti penggilingan padi, toko kelontong berpendingin, dan produksi kerajinan.
3. Digitalisasi Desa
Kehadiran listrik membuka akses terhadap jaringan internet dan teknologi digital. Program Smart Village dapat mulai diterapkan.
4. Penguatan Ketahanan Nasional
Desa-desa yang terang dan berkembang menjadi bagian dari ketahanan nasional. Tidak ada lagi wilayah terisolasi.
Kritik dan Tantangan: Apakah Realistis?
Meski mendapat dukungan luas, sebagian pihak mempertanyakan realisme target ini:
- Apakah infrastruktur dan SDM cukup siap?
- Bagaimana menjaga keberlanjutan pembangkit PLTS dan mikrohidro?
- Apakah masyarakat mampu membayar listrik pasca pemasangan?
Namun, pemerintah menyatakan telah menyiapkan skema subsidi untuk rumah tangga miskin, program pelatihan teknisi lokal, serta sistem monitoring dan pemeliharaan secara digital berbasis IoT.
Perbandingan Global: Pelajaran dari India dan Vietnam
India sukses menjalankan Saubhagya Scheme, yang mengaliri 26 juta rumah dalam 3 tahun (2017–2020). Kuncinya:
- Satu basis data nasional
- Keterlibatan pemerintah negara bagian
- Adopsi teknologi
Vietnam juga berhasil menaikkan rasio elektrifikasi desa menjadi 99% lewat kombinasi energi terbarukan dan keterlibatan masyarakat.
Indonesia belajar dari kedua negara ini, namun menghadapi tantangan geografis yang jauh lebih kompleks.
Roadmap Menuju 2029: Tahapan Pencapaian
Tahun | Target Desa Terlistriki | Fokus Wilayah |
---|---|---|
2025 | 700 desa | NTT, Papua Barat |
2026 | 1.000 desa | Kalimantan Utara, Maluku Tengah |
2027 | 1.200 desa | Papua Pegunungan, Sangihe Talaud |
2028 | 600 desa | Pulau kecil dan desa sisipan |
2029 | Semua desa 100% | Evaluasi dan penguatan |
Pemerintah akan merilis dashboard publik agar masyarakat bisa memantau progres realisasi elektrifikasi secara transparan.
Pandangan Pakar dan Akademisi
Beberapa pakar energi menyambut positif target ini. Dr. Ir. Herlina Nasution, M.Eng dari ITB menyebut bahwa:
“Ini adalah proyek kebangsaan. Jika berhasil, bukan hanya soal listrik, tapi akan jadi titik balik pembangunan Indonesia dari desa.”
Namun, ia juga mengingatkan agar pemerintah tidak hanya fokus pada jumlah, tapi juga kualitas dan keberlanjutan energi yang diberikan.
Peran Masyarakat dan Pemerintah Daerah
Keberhasilan program ini juga sangat tergantung pada:
- Peran aktif masyarakat lokal dalam perawatan pembangkit
- Pemerintah daerah dalam penyediaan lahan dan perizinan
- Lembaga swadaya dan komunitas untuk edukasi dan pendampingan
Kolaborasi lintas sektor sangat dibutuhkan agar proyek ini bukan sekadar sukses teknis, tapi juga diterima, dirawat, dan digunakan dengan baik oleh masyarakat desa.
Penutup: Energi untuk Keadilan dan Masa Depan
Target elektrifikasi desa dalam empat tahun bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi wujud nyata dari komitmen pemerataan pembangunan dan keadilan sosial. Jika berhasil, Prabowo Subianto tidak hanya mencatat sejarah dalam bidang energi, tetapi juga menciptakan perubahan mendasar dalam kehidupan jutaan warga Indonesia.
Dengan strategi yang matang, kemitraan lintas sektor, dan semangat gotong royong, impian Indonesia terang hingga pelosok desa bukanlah utopia—tetapi cita-cita yang sedang diwujudkan.